TIMES KLATEN, JAKARTA – Amerika Serikat mencatat lonjakan eksekusi mati dalam seminggu terakhir. Empat narapidana di empat negara bagian berbeda dieksekusi dengan suntikan, menandai periode paling sibuk dalam penerapan hukuman mati di negara itu sejak Mei 2011.
Keempat terpidana tersebut adalah Lance Shockley (48) di Missouri, Samuel Lee Smithers (72) di Florida, Charles Ray Crawford (59) di Mississippi, dan Richard Djerf di Arizona. Mereka semua dieksekusi karena kasus pembunuhan berat, termasuk terhadap petugas penegak hukum, mahasiswi, hingga satu keluarga.
1. Pembunuhan terhadap Petugas Negara
Eksekusi pertama dilakukan terhadap Lance Shockley pada 14 Oktober 2025 di negara bagian Missouri.
Shockley divonis mati atas pembunuhan Sersan Carl “Dewayne” Graham Jr., petugas Patroli Jalan Raya Missouri, pada 2005.
Graham ditembak dengan senapan berkekuatan tinggi di luar rumahnya di Van Buren, Missouri. Shockley, yang kala itu hendak menghindari penangkapan atas pelanggaran lalu lintas berat, menembak Graham dari jarak dekat dan mengenai kepala.
2. Eksekusi Narapidana Lansia di Florida
Pada hari yang sama, negara bagian Florida mengeksekusi Samuel Lee Smithers, 72 tahun — narapidana lansia yang dihukum karena membunuh dua pekerja seks, Denise Roach (24) dan Christy Cowan (31), pada 1996.
Smithers diketahui menyerang kedua korban menggunakan kapak dan cangkul kebun, lalu membuang jasad mereka ke dalam kolam.
Kasus Smithers memicu perdebatan hukum di Florida: apakah eksekusi terhadap narapidana lanjut usia melanggar perlindungan konstitusional terhadap “hukuman kejam dan tidak biasa.” Ia menjadi narapidana ke-14 yang dieksekusi di Florida tahun ini, mencatat rekor baru dalam satu tahun kalender.
3. Kasus Pemerkosaan dan Pembunuhan Mahasiswi
Sehari setelahnya, Charles Ray Crawford dieksekusi di Mississippi. Ia dihukum mati karena penculikan, pemerkosaan, dan pembunuhan mahasiswi 20 tahun, Kristy Ray, pada 1993.
Crawford membobol rumah korban saat tengah bebas bersyarat atas kasus kekerasan sebelumnya. Kristy ditemukan tewas penuh luka tikam di hutan dekat rumahnya.
Pengacaranya sempat mengajukan pembelaan gila dan permohonan persidangan ulang, namun ditolak. Eksekusi Crawford menjadi yang kedua di Mississippi pada 2025.
4. Eksekusi Brutal Terhadap Satu Keluarga
Eksekusi terakhir dilakukan pada Jumat (17/10/2025) terhadap Richard Djerf di Arizona.
Djerf dinyatakan bersalah atas pembunuhan satu keluarga beranggotakan empat orang di Phoenix pada 1993: Albert Luna Sr., Patricia Luna, serta dua anak mereka Rochelle (17) dan Damien (5).
Dalam pernyataannya sebelum eksekusi, Djerf mengaku menyesali perbuatannya yang ia sebut “kejam, biadab, dan bejat.” Ia menolak mengajukan grasi, meski telah didiagnosis mengalami disfungsi otak.
“Saya tahu apa yang saya lakukan jahat, dan saya tidak pantas untuk hidup,” tulis Djerf dalam surat terakhirnya.
Tren Kembali Meningkat
Menurut laporan USA Today, empat eksekusi dalam sepekan ini merupakan bagian dari tujuh eksekusi yang dijadwalkan selama Oktober 2025, menjadikannya bulan tersibuk dalam pelaksanaan hukuman mati di AS sejak 2011.
Kondisi ini kembali menyalakan perdebatan lama tentang moralitas dan efektivitas hukuman mati di negara demokrasi yang mengklaim menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Sejumlah lembaga seperti Amnesty International dan ACLU menilai tren peningkatan eksekusi sebagai kemunduran, terutama ketika beberapa negara bagian lain telah menghentikan praktik tersebut.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Amerika Serikat Jalankan 4 Eksekusi Mati dalam Seminggu, Bulan Tersibuk Sejak 2011
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Imadudin Muhammad |