TIMES KLATEN, JAKARTA – Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) menyatakan bahwa salah satu makanan yang berisiko meningkatkan kasus kanker usus di Indonesia adalah makanan atau minuman yang telah mengalami proses olahan panjang (ultra-processed food) atau makanan ultra-proses.
"Jadi, (makanan) ultra-food itu diindikasikan memang menjadi penyebab kanker usus banyak sehingga sekarang banyak ajakan untuk hidup sehat, jaga makan," kata Ketua Umum PP PAPDI Dr. dr. Eka Ginanjar, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP, FICA, MARS, SH, saat ditemui ANTARA di Jakarta, Rabu (27/8/2025).
Eka menekankan bahwa gizi dalam makanan yang terlalu lama melewati proses olahan telah berubah. Makanan tersebut juga dipastikan telah ditambahkan berbagai macam zat pemanis dan pengawet sehingga berbahaya bagi kesehatan usus.
Dikhawatirkan berbagai zat yang digunakan dalam proses pengolahan masuk ke dalam jaringan usus, dan jika dikonsumsi secara terus menerus dapat menyebabkan kondisi yang serius. Dia juga menyayangkan bahwa saat ini generasi muda di Indonesia terlanjur lebih memilih untuk mengonsumsi makanan tersebut karena mudah diakses dan bisa cepat dinikmati.
Dokter penyakit dalam lulusan Universitas Indonesia itu menyarankan agar masyarakat, khususnya generasi muda, kembali mengonsumsi makanan alami seperti makanan yang mengandung protein, karbohidrat yang baik, serta rajin memakan sayur dan buah untuk memenuhi kebutuhan cairan dan mineral.
"Makanan sehat itu makanan yang proteinnya cukup, karbohidratnya cukup, nasi yang memang betul-betul nasi, dimasak, protein itu seperti daging, yang digoreng, dibakar, direbus tidak sampai dibuat olahan dan lain sebagainya," kata Eka.
Di samping mengonsumsi makanan alami, Eka juga mengingatkan bahwa kesehatan merupakan sebuah investasi jangka panjang yang dapat dirasakan oleh generasi muda selama 20 hingga 30 tahun ke depan. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dengan melakukan gaya hidup sehat, misalnya dengan rajin berolahraga dan tidak merokok.
Rekomendasi berikutnya yakni lebih peduli terhadap kesehatan tubuh melalui deteksi dini. Eka mencontohkan masyarakat dapat segera berkonsultasi dengan dokter jika sudah merasakan adanya gejala berupa bentuk feses menyerupai kerikil atau berbentuk bulat-bulatan kecil, merasa lemas dan mengalami penurunan berat badan berkepanjangan.
Berdasarkan data Globocan pada 2020, Eka turut membeberkan bahwa kasus baru kanker usus di Indonesia sudah mencapai sebesar 34.189 atau sebesar 8,6 persen di seluruh kalangan usia. Jenis kanker tersebut masuk sebagai kanker yang paling banyak mengenai masyarakat bersama dengan kanker payudara, kanker serviks dan kanker paru.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Picu Kanker Usus di Usia Muda, PAPDI Ingatkan Bahaya Makanan Ultra-Proses
Pewarta | : Antara |
Editor | : Faizal R Arief |